Senin, 19 November 2012

Contoh Pidato


Dampak Penggunaan HP Secara Berlebihan

Assalamuallaikum Wr.Wb.
Yang terhormat Kepala  SMA Negeri 1 Puri dan Ibu/Bapak guru serta teman-temanku yang saya cintai.
Pertama-tama, marilah kita mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan YME karena berkat rahmat dan hidayahnya, kita bisa berkumpul di acara ini dalam keadaan sehat walafiat.
Hadirin, dalam acara ini, saya akan menyampaikan tentang bahaya penggunaan HP secara berlebihan.Telepon genggam atau biasanya disebut dengan HP merupakan salah satu perkembangan teknologi.Dengan kecanggihannya, HP bukan hanya sebagai alat komunikasi melainkan juga bisa digunakan untuk  mengirim data di internet, menambah pengatahuan tentang perkembangan teknologi dan dapat memperluas jaringan persahabatan.Namun, dibalik kecanggihannya tersebut, banyak juga efek negatif yang tanpa disadari menganggu kesehatan manusia. Salah satu yang paling mencengangkan yaitu efek samping dari gelombag elektromaknetik yang dipancarkan HP.Menurut para ahli, efek gelombang elektromaknetik dapat menimbulkan radiasi  dan radiasi tersebut bila terlalu lama dibiarkan maka, akan berakibat  fatal. Kebiasaan yang dilakukan seseorang dengan menyimpan HP di saku celana atas atau bawah ternyata berakibat buruk, yaitu dapat memicu kanker.Ini disebabkan oleh pancaran gelombang elektromagnetik yang masuk dalam tubuh.Misalnya, kita menyimpan HP tersebut pada saku celana bawah jika dibiarkan terlalu lama efek radiasi tersebut mengakibatkan kanker prostat pada laki-laki dan kanker rahim bagi wanita.Sungguh diluar dugaan kita.
Hadirin, selain efek radiasi, dampak negatif lainnya yaitu dapat mengganggu perkembangan anak, rawan terhadap tindak kejahatan, sangat berpotensi  mempengaruhi sikap dan perilaku pelajar, pemborosan dan lain-lain.Para ahli menyarankan, agar kita tidak terbiasa menyimpan HP pada saku celana.Kita dihimbau untuk menyimpan HP pada tempat lain misalnya tas.Selain itu, pada malam hari sebaiknya HP dimatikan. Jika tetap menyala, sebaiknya diletakkan diluar tempat tidur (kamar) agar gelombang elektromagnetik tidak menyerang otak.Pada saat mengangkat telfon kita juga disarankan untuk menggunakan telinga secara bergantian agar, tidak menyebabkan kelelahan otot pada telinga.
Hadirin, semoga kita lebih bijak dalam menggunakan HP dan jangan pernah meremehkan hal sekecil apapun karena hal kecil lama kelamaan akan menjadi besar dan apa yang saya sampaikan ini, semoga bisa bermanfaat untuk kita semua.
Demikian pidato yang saya sampaikan apabila ada salah kata dan perbuatan  saya mohon maaf yang setulus-tulusnya.
Wassalamuallaikum Wr.WB.

Oleh:Dyah Avica S.

Itukah Janjimu?
Di pagi yang cerah ini, aku memulai segala aktivitasku, tak terkecuali berangkat ke sekolah. Hari ini adalah hari sabtu, hari yang paling aku benci. Karena apa, hari sabtu adalah hari yang menjadi icon para pemuda dan pemudi merajut kasih. Dimana-mana ngomongin acara untuk malam mingguan. Nggak di rumah, di sekolah Tema nya teteuuup de “pacaran”, Menyebalkan.
Saat ini aku masih duduk di kelas 3 SMP. Hari-hari ku tidak ada yang menarik, setiap hari hanya belajar, belajar dan belajar yaps untuk persiapan ujian nanti dan masuk ke SMA favorit. Tapi, meskipun begitu Tuhan memang maha adil, aku beruntung masih punya sahabat-sahabat yang sangat menyayangiku dan guru-guru yang perhatian kepadaku.
Jam pelajaran pun dimulai. Aku menyimak pelajaran dengan sangat serius. Aku menjawab semua pertanyaan yang ada di papan tulis. Oleh sebab itulah, aku menjadi juara kelas. Bukannya sombong lo ya?heheheh. Bel istirahat berbunyi, semua anak pada asyik membicarakan acara malmingan alias malam mingguan nanti malam bersama pujaan hatinya masing-masing. Hadeh.....rasanya kuping ini risih mendengar itu semua.
Saat  beranjak  ke kantin  tiba-tiba...“Gubrakk”.
“Aduhhh,sakit...” teriakku.
“Aduh sory sory nggak sengaja aku lagi buru-buru soalnya, sory ya de?” Ucap Ivan teman sekelasku yang baru saja menabrakku.
“Ow nggak apa-apa kok nggak sakit” Jawabku.
Bener nggak apa-apa” Tanya nya penuh perhatian.
Aku hanya mengangguk saja. Sementara itu, Ivan pergi dan berlalu.
Saat dikelas aku terus saja memandangi Ivan. Entah kenapa sejak peristiwa  istirahat tadi aku kepikiran dia terus. Rasa-rasanya ada sesuatu yang aneh pada diriku. Haduh tiba-tiba saja jantungku berdebar dengan kencang. Apakah ini yang dibilang cinta pada pandangan pertama. Tuhan apa yang harus aku lakukan ? Pintaku dalam hati.
“Doorrrrrrr” Tiba-tiba Rahma salah satu sahabatku muncul dan mengagetkanku.
“Hayo ngelamun aja ,ngelihatin siapa sih ?ngelihatin Ivan ya?” Rahma berpresepsi.
Aku mencoba menenangkan diri. “Apaan sih enggak kok?” Jawabku membela sambil tersenyum malu.
“Apanya yang nggak, kalau nggak mukamu nggak merah kayak gitu” ledek Rahma.
Aku hanya terdiam dengan muka merah seperti kepiting rebus.
”Eh udah bel tuh masuk kelas yuk!”. Kemudian aku bergegas pergi dan meninggalkan Rahma begitu saja, biarlah rasa suka ini sementara waktu aku pendam sendiri. Karena aku malu bila harus mengatakan yang sesungguhnya. Maklum saja, ini kali pertamanya aku jatuh cinta kepada seseorang, aku juga begitu bodoh baru menyadarinya sekarang. Pasalnya, aku dan Ivan sudah sekelas dari kelas satu, sudah tiga tahun kita bersama tapi perasaan ini baru muncul sekarang, saat kita akan berpisah dan parahnya lagi , Ivan akan pindah ke Malang untuk melanjutkan sekolahnya disana. Perasaanku semakin menyesal saja.
Hari minggu hari kelam bagiku. Nggak ada hal yang menarik, kalau nggak belajar, tidur kalau nggak tidur ya nonton TV acara yang itu-itu aja atau sekedar SMS an sama Rahma. uhhhh so boring. Tiba-tiba HP ku berbunyi segera aku meranggahnya diatas meja kamar tidurku. Ternyata ada pesan dari Rahma. Di SMS itu ternyata Rahma masih penasaran denganku mengenai apakah aku menyukai Ivan atau tidak. Rahma terus saja mengintrogasiku hingga kedudukanku pun terdesak. Aku tidak tega membuat dia begitu penasarannya. Hingga akhirnya akupun  mengakui, aku membalas SMS dia bahwa, aku menyukai Ivan sejak peristiwa kemarin. Rahma merespon baik. Dia senang sekali menjadi mak comblang. hehehehe dasar.
 Rahma:”De udah punya nomernya Ivan?” Rahma membalas SMS ku.
Aku:”Belum”.
Rahma:”Haduuuuhh gimana sih katanya suka,aku aja selalu update punya nomer anak-anak sekelas.Tapi tenang aku pasti kasih buat kamu”.Obrolan kami lewat SMS pun semakin seru. Apalagi, Rahma memberikan nomer Ivan padaku. Hatiku rasanya sangat bahagia tapi, ada perasaan bingung juga sih?, aku tidak tahu harus memulai darimana dulu supaya bisa SMS an sama Ivan. Dengan keberanianku, aku mencoba untuk mengirim pesan ke  Ivan. Aku mencoba mengirimkan satu pesan singkat, rasanya lega setelah mengirim SMS itu tapi Ivan belum membalasnya. Aku menunggu berjam-jam lamanya untuk menunggu balasan dari Ivan, sempat terfikir juga dalam otak ku apakah Rahma tidak salah mengirimkan nomor ini.
Aku mencoba memastikannya dengan mengirim SMS ke Rahma dan menurut dia benar itu nomernya Ivan. Tapi, mengapa lama sekali, perasaanku semakin kacau dibuatnya.
Malam makin larut tapi  Ivan belum juga membalas. Setiap HP bergetar aku selalu was-was berharap itu SMS dari Ivan tapi bukan, malah itu SMS dari Rahma yang memastikan apakah Ivan sudah membalas SMS ku atau belum. Dari balik pintu kamarku ternyata ada bunda, dia mengawasiku terus. Kemudian bunda mencoba mendekatiku dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi padaku dan mungkin bunda juga sudah mengetahui jawabannya bahwa anak perempuannya yang satu ini sedang jatuh cinta.
”Bunda tahu De nggak usah disembunyikan tapi, bunda berharap kamu nggak pacaran dulu De sampai kamu lulus kuliah atau sampai seumuran kakakmu” Bunda memberi saran.
”Maksud bunda umur 21 tahun gitu. Kelamaan bun?” Keluh ku.
Bunda hanya terdiam, berharap aku mendengarkan nasehatnya. ”bunda mohon sama kamu De, kamu tidak ingin membahagiakan bunda? lagian kamu masih SMP masih kecil. Kamu lihat kakakmu dia lulus kuliah baru memikirkan pacaran, ini kamu masih kecil udah mikir-mikir itu. Sekolah yang baik dulu baru boleh pacaran ya?” Aku hanya terdiam seribu bahasa dan sempat ada perasaan kesal dalam hatiku aku mengangguk saja takut membuat bundaku sedih.Setelah itu, bunda pergi meninggalkanku.
Setelah beberapa menit tiba-tiba HP ku berbunyi aku sudah lelah melihat HP ku berbunyi terus, kupikir itu SMS dari Rahma yang menanyakan balasan dari Ivan.Tapi, betapa terkejutnya aku ketika melihat nama pada HP ku Ivan. Akhirnya, dia  membalas juga dan isi pesan itu adalah ”Maaf baru balas, betul ini siapa ya?”. Betapa senangnya aku. Terima kasih tuhan.Ucapku dalam hati. Obrolan kami pun berlanjut hingga malam semakin larut dan aku pun menampik seketika permintaan bunda.

Keesokan harinya di sekolah....
Mataku masih sebam dan mengantuk gara-gara SMS-an sama Ivan tadi malam. Belum sempat aku duduk manis di atas kursi, tiba-tiba rahma datang dan  menyeretku, menanyakan Ivan sudah membalas SMS ku atau belum.
Gimana De, Ivan udah bales?” Tanya nya penasaran.
Aku tidak bisa berkata apa-apa aku hanya bisa mengangguk kepala saja.
“Terus-terus gimana?”.
“Ya nggak gimana-gimana, daripada aku cerita panjang lebar mending kamu liat sendiri nih!”Ucapku sambil menyodorkan HP.
Pada saat pulang sekolah Ivan mengajakku untuk ikut dengannya. Aku merasa heran ada angin apa dia mengajakku.“De bolehkah,aku bertanya sesuatu hal sama kamu?”
“Boleh apa itu?” Aku membalasnya dengan senang hati.
“Maukah kamu jadi pacarku?” Ucap Ivan.
Seketika itu juga aku terdiam seribu bahasa.
“Aku tidak tahu aku harus menjawab apa, secepat inikah ?apakah mungkin selama ini Ivan juga memiliki perasaan yang sama seperti apa yang aku rasakan sekarang?kataku dalam hati.
''A..a..ku bingung,ok gini aja Van, aku janji akan memberikan jawabanku setelah kita ujian nanti. Bagaimana?” Tawarku.
“Apapun yang kamu mau aku setuju” Jawab Ivan menenangkan.
Hari ini ujian tingkat SMP aku pun menyambutnya. Aku bergelut dengan soal-soal yang ada seperti hari-hari berikutnya. Setelah ujian, selang beberapa hari tibalah bagi kami menerima hasilnya dan betapa bahagia nya aku, hasil itu adalah LULUS. Keberuntungan pun terus berlanjut aku juga diterima di SMA favoritku.Tapi, ada sedikit perasaan kecewa karena aku akan berpisah sama Ivan karena dia harus pindah ke Malang. Pada saat di lobby sekolah aku bertemu Ivan dia menanyakan jawaban mengenai pertanyaan yang sempat aku janjikan.
“Gimana De jawabannya?” Tanya nya penuh harap.
“Ok gini aku udah mikir ini matang-matang aku sebenarnya ingin Van tapi keadaanlah yang mungkin tak memungkinkan.Aku suka kamu Van,Aku sayang kamu Tapi...."
"Tapi apa De?"ucap Ivan penasaran.
"Van maaf ya ? aku tidak bisa menerima kamu karena aku nggak boleh bunda pacaran dulu dan aku boleh pacaran kalau umurku udah 21 tahun. Tapi, andai kamu tahu perasaanku aku sayang sama kamu tapi sayang aku ke Bundaku jauh lebih besar, aku nggak mau membuat Bundaku sedih,saat ini,Bunda sakit-sakitan aku nggak mau kehilangan dia.Cuma Bundalah satu-satunya orang tua yang aku miliki sekarang,jadi,maafkan aku Van.” Aku menjelaskan panjang lebar.
“Jadi itu alasan kamu,gak papa De aku terima bagaimanapun juga Bundamu jauh lebih penting dari segalanya daripada kamu dosa?hehehe .Ok de aku janji sama kamu,aku akan  tunggu kamu diumur 21 tahun”.
''Janji?''
"Janji?"
Kami berdua berjanji untuk bersama.Walaupun entah kapan kita akan bertemu lagi.Pagi ini Ivan akan pergi ke Malang.Meskipun ada perasaan kehilangan ,Namun,semua ini harus dijalani.Karena aku masih muda kita sama-sama muda dan masih memiliki banyak mimpi.

1 tahun kemudian...
Aku bahagia menjadi murid SMA. Aku memiliki teman yang perhatian sekali. Tapi, terkadang aku terbayang oleh Ivan,dia apa kabar ya ?. Memang, sejak peristiwa satu tahun yang lalu, aku udah kehilangan kontak sama dia.
 Tiba-tiba dari jauh....
”De Dea” teriak dari kejauhan ternyata itu rahma.”Ada apa ma?” Tanyaku.
“Kamu tahu nggak?
"Apa? ,tenang dulu tenang dulu,critain pelan-pelan.
"De jangan marah ya ?"
"Marah kenapa?"
"ya kalau aku critain hal ini ".
"iya,apa sih bikin penasaran deh ?".
"Janji?"
"iih iya apa sih aku  tinggal nihkalau nggak crita-crita."
"De jangan kaget ya, Ivan udah punya pacar di Malang ? .
Deg. Sesaat itu juga perasaanku langsung sakit. Aku masih memikirkan ucapan dia, bahwa dia akan menungguku tapi ternyata,  itu hanyalah palsu. Aku segera pergi dari hadapan Rahma tanpa terasa air mata ini menetes. Rahma menghampiriku, dia mencoba menenangkanku. Memang benar, janji yang dia ucapkan tak semanis dulu, dan sekarang aku berjanji bahwa aku akan menepati nasehat bunda ku dan melangkah kedepan tanpa melihat ke belakang lagi.  



by: Dyah Avica